Bantuan Luar Negeri dan Penjelasannya
Coba tebak berapa anggaran yang dikeluarkan pemerintah Amerika untuk bantuan luar negeri? Yups itu benar, hanya sekitar 1%, tetapi kebanyakan orang Amerika tidak tahu bahwa nilai yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika hanya sebesar jumlah nilai persen tersebut. Sebuah survei yang dilakukan oleh Kaiser Family Foundation menemukan bahwa perkiraan rata-rata anggaran yang digunakan untuk bantuan luar negeri oleh beberapa negara adalah berjumlah 26% dari anggaran total yang digunakan untuk membantu negara lain.
Bantuan luar negeri pada dasarnya adalah transfer uang, barang atau jasa dari suatu negara atau organisasi internasional, yang dimaksudkan untuk membantu negara lain dan rakyatnya. Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan memperkirakan bahwa pengeluaran bantuan oleh negara-negara terkaya diperkirakan ada lebih dari $135 miliar pada tahun 2014. Dari jumlah tersebut, hampir $33 miliar semuanya berasal dari negara Amerika. Inggris menyumbang lebih dari $19 miliar, Jerman menambahkan $16 miliar, dan Prancis sebesar $10 miliar.
Sebelum mempelajari materi tentang Bantuan Luar Negeri dan Penjelasannya, terlebih dahulu pelajari materi tentang: Langkah Efektif Berkomunikasi di Muka Umum dan Penjelasannya, Cerita Asal Mula Kekayaan Terbentuk dan Penjelasannya, dan Kebahagiaan dari Sudut Pandang Teori Ekonomi dan Penjelasannya.
Fakta bahwa orang Amerika hanya melebih-lebihkan nilai bantuan luar negeri yang mereka berikan pada nilai yang fantastis secara drastis dapat membantu menjelaskan mengapa begitu banyak orang berpikir bahwa Amerika telah membelanjakan bantuan yang dimiliki oleh negaranya secara berlebihan. Penelitian Kaiser juga menemukan bahwa lebih dari setengah orang yang disurvei mengatakan AS terlalu murah hati untuk memberikan bantuan terhadap negara lainnya. Tetapi ketika mereka mengetahui total pengeluaran yang nilainya hanya mendekati 1% dari total anggaran, maka masyarakat Amerikapun mulai berpikiran bahwa jumlah bantuan tersebut dapat ditingkatkan lagi menjadi sebesar 28%.
Bantuan luar negeri pada dasarnya adalah transfer uang, barang atau jasa dari suatu negara atau organisasi internasional, yang dimaksudkan untuk membantu negara lain dan rakyatnya. Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan memperkirakan bahwa pengeluaran bantuan oleh negara-negara terkaya diperkirakan ada lebih dari $135 miliar pada tahun 2014. Dari jumlah tersebut, hampir $33 miliar semuanya berasal dari negara Amerika. Inggris menyumbang lebih dari $19 miliar, Jerman menambahkan $16 miliar, dan Prancis sebesar $10 miliar.
Namun jika ingin melihat negara mana yang memberikan persentase pendapatan nasional bruto paling banyak terhadap bantuan luar negeri, maka jawabannya adalah Swedia. Bantuan Luar Negeri AS diberikan ke lebih dari seratus negara di seluruh dunia yang disisihkan untuk tujuan seperti perdamaian dan keamanan, demokrasi dan hak asasi manusia, pertumbuhan ekonomi, perbaikan sistem kesehatan dan pendidikan, bantuan kemanusiaan setelah bencana, dan perlindungan lingkungan.
Tetapi mengapa negara-negara tersebut menghabiskan begitu banyak dana hanya untuk membantu negara lain yang bukan bagian dari wilayah teritorialnya? Karena kebaikan hati yang dimiliki secara kolektif oleh negara tersebut? Atau untuk alasan lain yang sifatnya lebih rumit?
Sejarawan mengatakan bahwa pada zaman modern bantuan internasional benar-benar dimulai setelah Perang Dunia II, ketika sejumlah lembaga internasional yang memiliki peran signifikan dalam membantu dunia telah didirikan dan masih bertahan hingga saat ini. Bank Dunia didirikan pada tahun 1944 sebagai Bank Internasional untuk melakukan Rekonstruksi dan Pembangunan, dengan tugas untuk membantu negara-negara di Eropa dalam membangun kembali wilayahnya. Organisasi internasional lain seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa juga didirikan pada tahun 1945, sebagai sebuah "organisasi internasional umum yang berguna untuk memelihara perdamaian dan keamanan". Dan kemudian muncul pula IMF, pada tahun 1945, yang memiliki tugas untuk membantu mengawasi sistem moneter internasional.
Pada tahun 1947, Menteri Luar Negeri George Marshall berpidato di depan kelas kelulusan di Harvard, dengan tawaran dukungan keuangan untuk negara-negara Eropa dalam upaya mereka untuk membangun kembali negara-negara tersebut karena kerusakan perang. Dia berkata: “Adalah logis bahwa Amerika Serikat harus melakukan apa pun yang dapat dilakukan untuk membantu mengembalikan kesehatan ekonomi yang normal di seluruh dunia, yang tanpanya tidak akan ada stabilitas politik dan tidak ada pula perdamaian yang terjamin. Kebijakan yang diambil oleh negara Amerika tersebut tidak ditujukan terhadap negara mana pun, tetapi terhadap bantuan kelaparan, kemiskinan, keputusasaan, dan kekacauan” Pidato tersebut menandai lahirnya apa yang dikenal sebagai Marshall Plan.
Amerika kemudian memberikan bantuan sebesar $13 miliar dolar, yang jika nilainya disesuaikan dengan nilai inflasi saat ini adalah senilai kurang lebih $130 miliar dolar hari ini, dimana tujuannya adalah untuk membantu memulihkan aktivitas produksi di negara-negara Eropa, untuk memperluas perdagangan skala besar, dan untuk bantuan tingkat kecil, serta untuk mencegah penyebaran paham komunisme dinegara-negara Eropa. Inggris mendapat sekitar seperempat dari total bantuan tersebut. Prancis mendapat sekitar 18%, dan Jerman Barat mendapat sekitar sepersepuluh dari uang tersebut. Sisanya menyebar ke negara-negara Eropa Barat yang lebih kecil.
Negara-negara yang telah menerima bantuan tersebut kemudian memperlihatkan bahwa tingkat GNP di negara tersebut mulai mengalami lonjakan atau perbaikan, di beberapa lokasi lain, juga tingkat ekonominya menjadi lebih baik daripada sebelum perang. Pada tahun 1949, Presiden Truman secara efektif memperluas Marshall Plan ke negara-negara berkembang lainnya di seluruh dunia. George Marshall kemudia menerima Hadiah Nobel Perdamaian atas apa yang telah dilakukannya tersebut. Seiring waktu, kemudian rencana tersebut kemudian mulai berkembang dalam bentuk bantuan pada bidang strategis dan kemanusiaan. Marshall Plan membantu melegitimasi dan meletakkan dasar bagi program bantuan luar negeri Amerika yang akan datang sejak saat itu.
Tetapi mengapa negara-negara tersebut menghabiskan begitu banyak dana hanya untuk membantu negara lain yang bukan bagian dari wilayah teritorialnya? Karena kebaikan hati yang dimiliki secara kolektif oleh negara tersebut? Atau untuk alasan lain yang sifatnya lebih rumit?
Sejarawan mengatakan bahwa pada zaman modern bantuan internasional benar-benar dimulai setelah Perang Dunia II, ketika sejumlah lembaga internasional yang memiliki peran signifikan dalam membantu dunia telah didirikan dan masih bertahan hingga saat ini. Bank Dunia didirikan pada tahun 1944 sebagai Bank Internasional untuk melakukan Rekonstruksi dan Pembangunan, dengan tugas untuk membantu negara-negara di Eropa dalam membangun kembali wilayahnya. Organisasi internasional lain seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa juga didirikan pada tahun 1945, sebagai sebuah "organisasi internasional umum yang berguna untuk memelihara perdamaian dan keamanan". Dan kemudian muncul pula IMF, pada tahun 1945, yang memiliki tugas untuk membantu mengawasi sistem moneter internasional.
Baca Juga:
Pada tahun 1947, Menteri Luar Negeri George Marshall berpidato di depan kelas kelulusan di Harvard, dengan tawaran dukungan keuangan untuk negara-negara Eropa dalam upaya mereka untuk membangun kembali negara-negara tersebut karena kerusakan perang. Dia berkata: “Adalah logis bahwa Amerika Serikat harus melakukan apa pun yang dapat dilakukan untuk membantu mengembalikan kesehatan ekonomi yang normal di seluruh dunia, yang tanpanya tidak akan ada stabilitas politik dan tidak ada pula perdamaian yang terjamin. Kebijakan yang diambil oleh negara Amerika tersebut tidak ditujukan terhadap negara mana pun, tetapi terhadap bantuan kelaparan, kemiskinan, keputusasaan, dan kekacauan” Pidato tersebut menandai lahirnya apa yang dikenal sebagai Marshall Plan.
Amerika kemudian memberikan bantuan sebesar $13 miliar dolar, yang jika nilainya disesuaikan dengan nilai inflasi saat ini adalah senilai kurang lebih $130 miliar dolar hari ini, dimana tujuannya adalah untuk membantu memulihkan aktivitas produksi di negara-negara Eropa, untuk memperluas perdagangan skala besar, dan untuk bantuan tingkat kecil, serta untuk mencegah penyebaran paham komunisme dinegara-negara Eropa. Inggris mendapat sekitar seperempat dari total bantuan tersebut. Prancis mendapat sekitar 18%, dan Jerman Barat mendapat sekitar sepersepuluh dari uang tersebut. Sisanya menyebar ke negara-negara Eropa Barat yang lebih kecil.
Negara-negara yang telah menerima bantuan tersebut kemudian memperlihatkan bahwa tingkat GNP di negara tersebut mulai mengalami lonjakan atau perbaikan, di beberapa lokasi lain, juga tingkat ekonominya menjadi lebih baik daripada sebelum perang. Pada tahun 1949, Presiden Truman secara efektif memperluas Marshall Plan ke negara-negara berkembang lainnya di seluruh dunia. George Marshall kemudia menerima Hadiah Nobel Perdamaian atas apa yang telah dilakukannya tersebut. Seiring waktu, kemudian rencana tersebut kemudian mulai berkembang dalam bentuk bantuan pada bidang strategis dan kemanusiaan. Marshall Plan membantu melegitimasi dan meletakkan dasar bagi program bantuan luar negeri Amerika yang akan datang sejak saat itu.
Selama masa Perang Dingin, negera Amerika beserta negara-negara sekutunya, dan Uni Soviet, mulai menggunakan bantuan internasional sebagai alat politik. Yang pada dasarnya mencoba untuk memenangkan kesetiaan, dan menghukum negara-negara yang tampaknya tidak cukup setia kepada salah satu dari dua negara yang sedang bersaing tersebut. Namun, setelah Perang Dingin berakhir, bantuan asing kemudian dialihkan dari ranah pengaruh geopolitik dan mulai berpegang teguh pada tujuan kemanusiaan dan ekonomi yang lebih aktual.
Menyesuaikan dengan nilai inflasi, pada tahun 1960 total bantuan internasional untuk negara-negara di sub-Sahara Afrika adalah sekitar $6 miliar, dan telah mengalami peningkatan menjadi $46 miliar pada tahun 2011.
Menyesuaikan dengan nilai inflasi, pada tahun 1960 total bantuan internasional untuk negara-negara di sub-Sahara Afrika adalah sekitar $6 miliar, dan telah mengalami peningkatan menjadi $46 miliar pada tahun 2011.
Mengapa nilai bantuan tersebut semakin lama semakin besar nilai jumlahnya?
Jawabannya, adalah karena pemerintah semakin tertarik untuk mencoba membantu mengangkat derajat orang-orang yang berada diluar negaranya untuk dapat keluar dari kemiskinan dan memperbaiki kondisi ekonomi negara-negara termiskin itu sendiri. Negara-negara Afrika sub-sahara juga menerima bantuan yang signifikan untuk membantu dalam memerangi HIV dan AIDS. Pada tahun 2015, Amerika juga berencana mengirimkan bantuan ke Kenya sebesar $486 juta untuk memerangi HIV. Namun demikian, tidak selamanya bantuan-bantuan tersebut dikirimkan ke negara-negara termiskin atau negara-negara yang sedang memerangi pandemi.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa negara-negara pendonor lebih mungkin untuk mengirim bantuan mereka ke negara bekas koloni atau mitra strategis dari negara tersebut pada masa lalu. Misalnya, Amerika yang mengirimkan ratusan juta dolar ke Israel dan lebih dari satu miliar dolar setahun ke Mesir, sebagian besar ditujukan untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan. Juga, negara lain seperti Prancis telah memfokuskan bantuannya pada negara bekas jajahannya. Dan Jepang mengarahkan bantuannya ke negara-negara dengan kepentingan politik yang sama. Negara-negara donor tersebut juga cenderung ingin menulis cek besar ke negara-negara yang sedang bergerak maju menuju ke arah demokrasi. Dan, negara donor terkadang juga menggunakan bantuan internasional untuk mendorong perdagangan dengan negara penerimanya. Seperti contoh, Amerika mengirimkan bantuan ke negara yang sedang berkonflik dan menggunakan bantuan yang diberikan oleh Amerika tersebut untuk membeli hasil ekspor dari negara itu sendiri, dimana hal tersebut sudah pasti akan mendatangkan keuntungan bagi negara Amerika itu sendiri.
Semakin besar jumlah perdagangan yang dilakukan negara donor dengan negara penerima, maka semakin besar pula bantuan yang mungkin akan diperoleh oleh negara penerima tersebut.
Jawabannya, adalah karena pemerintah semakin tertarik untuk mencoba membantu mengangkat derajat orang-orang yang berada diluar negaranya untuk dapat keluar dari kemiskinan dan memperbaiki kondisi ekonomi negara-negara termiskin itu sendiri. Negara-negara Afrika sub-sahara juga menerima bantuan yang signifikan untuk membantu dalam memerangi HIV dan AIDS. Pada tahun 2015, Amerika juga berencana mengirimkan bantuan ke Kenya sebesar $486 juta untuk memerangi HIV. Namun demikian, tidak selamanya bantuan-bantuan tersebut dikirimkan ke negara-negara termiskin atau negara-negara yang sedang memerangi pandemi.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa negara-negara pendonor lebih mungkin untuk mengirim bantuan mereka ke negara bekas koloni atau mitra strategis dari negara tersebut pada masa lalu. Misalnya, Amerika yang mengirimkan ratusan juta dolar ke Israel dan lebih dari satu miliar dolar setahun ke Mesir, sebagian besar ditujukan untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan. Juga, negara lain seperti Prancis telah memfokuskan bantuannya pada negara bekas jajahannya. Dan Jepang mengarahkan bantuannya ke negara-negara dengan kepentingan politik yang sama. Negara-negara donor tersebut juga cenderung ingin menulis cek besar ke negara-negara yang sedang bergerak maju menuju ke arah demokrasi. Dan, negara donor terkadang juga menggunakan bantuan internasional untuk mendorong perdagangan dengan negara penerimanya. Seperti contoh, Amerika mengirimkan bantuan ke negara yang sedang berkonflik dan menggunakan bantuan yang diberikan oleh Amerika tersebut untuk membeli hasil ekspor dari negara itu sendiri, dimana hal tersebut sudah pasti akan mendatangkan keuntungan bagi negara Amerika itu sendiri.
Semakin besar jumlah perdagangan yang dilakukan negara donor dengan negara penerima, maka semakin besar pula bantuan yang mungkin akan diperoleh oleh negara penerima tersebut.
Namun demikian tetap saja ada kemungkinan bahwa sumbangan atau bantuan dalam jumlah besar yang diberikan suatu negera tidak menjamin hasil yang diinginkan oleh negara donor. Tidak hanya itu, ada pula kemungkinan lain dimana program bantuan luar negeri yang dilakukan oleh suatu negara ternyata memiliki sasaran yang salah, termasuk jika negara tersebut tidak mengoordinasikan bantuan yang mereka berikan kepada negara lain, atau ketika mereka tidak melibatkan negara penerima dalam mencari tahu bagaimana mengalokasikan uang yang akan mereka terima, atau ketika suatu negara penerima yang menerima dana tersebut ternyata pemerintahannya dijalankan oleh pemerintahan yang korup, dimana pemimpinnya tidak menggunakan bantuan yang diberikan tersebut untuk tujuan yang telah dimaksudkan oleh negara pendonor.
Beberapa ekonom juga mengatakan bahwa bantuan asing sebenarnya mendorong terjadinya praktik korupsi, dimana tujuan tersebut adalah untuk membantu menjaga pemerintahan yang buruk untuk tetap berkuasa. Mengenai apakah bantuan internasional benar-benar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang di negara-negara miskin, para ekonom juga masih memiliki pendapat yang berbeda terhadap hal tersebut.
Yang lain ada juga berpendapat bahwa bantuan luar negeri dapat membantu mendorong pertumbuhan di negara-negara dengan kebijakan makroekonomi yang baik yang sudah ada sebelumnya. Beberapa bahkan merasa lebih optimis mengatakan bahwa bantuan luar negeri dapat mendorong periode pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun, adapula beberapa ekonom berpendapat bahwa bantuan makanan memang dapat meningkatkan pasokan makanan lokal, namun hal tersebut dapat mengurangi daya jual makanan atau pangan yang ada dinegara yang diberikan bantuan itu sendiri, yang sudah pasti dapat berakibat merugikan hasil pendapatan petani lokal. Untungnya, bagi mereka yang suka merasa senang membantu negara lain, ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa bantuan asing bisa menjadi suatu kekuatan yang positif. Khususnya di bidang kesehatan masyarakat: Bantuan kesehatan masyarakat hampir membasmi parasit cacing Guinea di sub-Sahara Afrika. Pada tahun 1986, dilaporkan juga ada sekitar 3,5 juta kasus cacing Guinea, dimana jumlah tersebut kemudian mengalami penurunan yang drastis hingga pada tahun 2015 hanya terdapat 126 kasus saja. Semua berkat program pendidikan tentang cara pengolahan air sederhana dan praktik medis yang dapat digunakan untuk menghentikan penyebaran parasit tersebut. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, antara tahun 2000 dan 2015, jumlah kasus baru malaria juga telah turun lebih dari sepertiga kasus, dimana angka kematian malaria telah turun hingga sebesar 60% pada tahun yang sama pula. Tidak hanya itu, antara tahun 2000 dan 2015, infeksi HIV baru juga turun ke angka 35%. Dan kematian terkait AIDS pun juga telah turun hampir seperempatnya. WHO memperkirakan sebanyak 7,8 juta nyawa telah diselamatkan berkat program bantuan luar negeri tersebut.
Telah diketahui bahwa banyak sekali bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah dalam membantu negara-negara asing untuk dapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya, namun tidak hanya dalam bentuk bantuan luar negeri, cara lain juga dapat dilakukan seperti proses pengiriman uang atau remintansi yang sering dilakukan oleh para pekerja imigran yang bekerja di negara-negara maju.
Remitansi pada dasarnya adalah uang yang dikirim oleh para migran dan imigran ke negara asal mereka, dimana praktik tersebut ternyata banyak terjadi dinegara-negara maju. Pada tahun 2013, menurut perhitungan PBB, ada 230 juta orang yang tinggal di luar negara tempat mereka dilahirkan sebelumnya, yang juga melakukan remintansi ke negara-negara asalnya, dimana gerakan tersebut dapat membantu meningkatkan pendapatan dunia, dengan membiarkan para pekerja tersebut pindah ke tempat-tempat yang bisa menghasilkan lebih banyak uang, guna mencukupi kebutuhan keluarganya yang berada dinegara asalnya masing-masing. Ketika seorang penduduk asing mulai menghasilkan lebih banyak uang dinegara tempatnya bekerja, maka para pekerja tersebut kemudian mulai mengirimkan sebagian dari uang yang mereka hasilkan tersebut kembali ke keluarga mereka masing-masing di negara asalnya. Bank Dunia juga mengatakan bahwa total aliran pengiriman uang global adalah sebesar $542 Miliar pada tahun 2013. Dan $404 Miliar dari total uang yang dihasilkan tersebut telah mengalir ke negara-negara berkembang melalui tangan-tangan para pekerja imigran, dimana jumlah tersebut adalah lebih dari tiga kali lipat dari ukuran bantuan luar negeri yang diberikan secara langsung oleh pemerintah itu sendiri.
Siapa yang kemudian mendapatkan semua uang tersebut?
Hampir $70 miliar yang dihasilkan oleh para pekerja sebagian besar dikirimkan ke negara India, $60 miliar dikirim ke China, $25 miliar dikirim ke Filipina, dan $22 miliar dikirim ke Meksiko. Di Tajikistan, pengiriman uang dinegara tersebut setara dengan lebih dari 40% PDB negara itu sendiri. Tidak hanya itu, total pengiriman uang yang dilakukan oleh para pekerja juga setara dengan sekitar seperempat dari total PDB di negara Nepal dan Moldova. Menurut Bank Dunia, remitansi dapat memiliki efek positif yang signifikan di negara-negara asal para imigran, dimana uang yang dikirimkan tersebut dapat mengarah pada pengurangan angka kemiskinan, peningkatan kualitas kesehatan, pendidikan yang lebih baik, akses yang lebih baik ke teknologi, dan mengurangi jumlah pekerja dibawah umur.
Namun demikian, tidak semua orang dapat meyakini hal tersebut.
Adapula ekonom yang memperingatkan bahwa pengiriman uang dapat menumbuhkan rasa ketergantungan pada uang yang dikirimkan dari negara asing tersebut. Bagi keluarga-keluarga yang sudah terbiasa menerima insentif dari anggota keluarganya yang bekerja diluar negeri, hal tersebut dapat membuat anggota keluarganya menjadi rentan terhadap dampak dari resesi yang terjadi pada ekonomi global. Tidak hanya itu, ada juga kekhawatiran yang meluas tentang tarif yang harus dibayar oleh para imigran untuk dapat mengirimkan sebagian pendapatannya ke negara asalnya. Rata-rata imigran di seluruh dunia membayar 8,4% untuk mengirimkan uang ke rumah mereka masing-masing.
Yang lain ada juga berpendapat bahwa bantuan luar negeri dapat membantu mendorong pertumbuhan di negara-negara dengan kebijakan makroekonomi yang baik yang sudah ada sebelumnya. Beberapa bahkan merasa lebih optimis mengatakan bahwa bantuan luar negeri dapat mendorong periode pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun, adapula beberapa ekonom berpendapat bahwa bantuan makanan memang dapat meningkatkan pasokan makanan lokal, namun hal tersebut dapat mengurangi daya jual makanan atau pangan yang ada dinegara yang diberikan bantuan itu sendiri, yang sudah pasti dapat berakibat merugikan hasil pendapatan petani lokal. Untungnya, bagi mereka yang suka merasa senang membantu negara lain, ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa bantuan asing bisa menjadi suatu kekuatan yang positif. Khususnya di bidang kesehatan masyarakat: Bantuan kesehatan masyarakat hampir membasmi parasit cacing Guinea di sub-Sahara Afrika. Pada tahun 1986, dilaporkan juga ada sekitar 3,5 juta kasus cacing Guinea, dimana jumlah tersebut kemudian mengalami penurunan yang drastis hingga pada tahun 2015 hanya terdapat 126 kasus saja. Semua berkat program pendidikan tentang cara pengolahan air sederhana dan praktik medis yang dapat digunakan untuk menghentikan penyebaran parasit tersebut. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, antara tahun 2000 dan 2015, jumlah kasus baru malaria juga telah turun lebih dari sepertiga kasus, dimana angka kematian malaria telah turun hingga sebesar 60% pada tahun yang sama pula. Tidak hanya itu, antara tahun 2000 dan 2015, infeksi HIV baru juga turun ke angka 35%. Dan kematian terkait AIDS pun juga telah turun hampir seperempatnya. WHO memperkirakan sebanyak 7,8 juta nyawa telah diselamatkan berkat program bantuan luar negeri tersebut.
Telah diketahui bahwa banyak sekali bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah dalam membantu negara-negara asing untuk dapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya, namun tidak hanya dalam bentuk bantuan luar negeri, cara lain juga dapat dilakukan seperti proses pengiriman uang atau remintansi yang sering dilakukan oleh para pekerja imigran yang bekerja di negara-negara maju.
Remitansi pada dasarnya adalah uang yang dikirim oleh para migran dan imigran ke negara asal mereka, dimana praktik tersebut ternyata banyak terjadi dinegara-negara maju. Pada tahun 2013, menurut perhitungan PBB, ada 230 juta orang yang tinggal di luar negara tempat mereka dilahirkan sebelumnya, yang juga melakukan remintansi ke negara-negara asalnya, dimana gerakan tersebut dapat membantu meningkatkan pendapatan dunia, dengan membiarkan para pekerja tersebut pindah ke tempat-tempat yang bisa menghasilkan lebih banyak uang, guna mencukupi kebutuhan keluarganya yang berada dinegara asalnya masing-masing. Ketika seorang penduduk asing mulai menghasilkan lebih banyak uang dinegara tempatnya bekerja, maka para pekerja tersebut kemudian mulai mengirimkan sebagian dari uang yang mereka hasilkan tersebut kembali ke keluarga mereka masing-masing di negara asalnya. Bank Dunia juga mengatakan bahwa total aliran pengiriman uang global adalah sebesar $542 Miliar pada tahun 2013. Dan $404 Miliar dari total uang yang dihasilkan tersebut telah mengalir ke negara-negara berkembang melalui tangan-tangan para pekerja imigran, dimana jumlah tersebut adalah lebih dari tiga kali lipat dari ukuran bantuan luar negeri yang diberikan secara langsung oleh pemerintah itu sendiri.
Siapa yang kemudian mendapatkan semua uang tersebut?
Hampir $70 miliar yang dihasilkan oleh para pekerja sebagian besar dikirimkan ke negara India, $60 miliar dikirim ke China, $25 miliar dikirim ke Filipina, dan $22 miliar dikirim ke Meksiko. Di Tajikistan, pengiriman uang dinegara tersebut setara dengan lebih dari 40% PDB negara itu sendiri. Tidak hanya itu, total pengiriman uang yang dilakukan oleh para pekerja juga setara dengan sekitar seperempat dari total PDB di negara Nepal dan Moldova. Menurut Bank Dunia, remitansi dapat memiliki efek positif yang signifikan di negara-negara asal para imigran, dimana uang yang dikirimkan tersebut dapat mengarah pada pengurangan angka kemiskinan, peningkatan kualitas kesehatan, pendidikan yang lebih baik, akses yang lebih baik ke teknologi, dan mengurangi jumlah pekerja dibawah umur.
Namun demikian, tidak semua orang dapat meyakini hal tersebut.
Adapula ekonom yang memperingatkan bahwa pengiriman uang dapat menumbuhkan rasa ketergantungan pada uang yang dikirimkan dari negara asing tersebut. Bagi keluarga-keluarga yang sudah terbiasa menerima insentif dari anggota keluarganya yang bekerja diluar negeri, hal tersebut dapat membuat anggota keluarganya menjadi rentan terhadap dampak dari resesi yang terjadi pada ekonomi global. Tidak hanya itu, ada juga kekhawatiran yang meluas tentang tarif yang harus dibayar oleh para imigran untuk dapat mengirimkan sebagian pendapatannya ke negara asalnya. Rata-rata imigran di seluruh dunia membayar 8,4% untuk mengirimkan uang ke rumah mereka masing-masing.
Selain dua hal tersebut, ada juga sumber bantuan penting lainnya yang dapat dikirimkan ke negara berkembang lainnya, yaitu berupa uang dari organisasi nirlaba dan organisasi antar pemerintah.
Seseorang mungkin pernah mendengar beberapa nama organisasi berikut, seperti: UNICEF, Palang Merah, Bulan Sabit Merah, Program Pangan Dunia, Doctors Without Borders, Oxfam, dan lain sebagainya.
Organisasi-organisasi ini adalah organisasi yang mengumpulkan uang dari individu, perusahaan, dan pemerintah, yang kemudian memberikannya dalam bentuk bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana di seluruh dunia atau ke beberapa negara yang membutuhkan. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Urban Institute, di negara Amerika, terdapat 5.600 organisasi nirlaba yang bekerja secara internasional untuk mengumpulkan bantuan uang. Terdengar sangat banyak, namun jumlah yang dikumpulkan dari semua organisasi tersebut hanya menghasilkan sekitar 2% dari total keseluruhan yang dikumpulkan oleh semua organisasi nirlaba di yang ada di negera Amerika Serikat.
Catatan: ada perbedaan antara badan amal publik dan yayasan swasta.
Badan amal publik mendapatkan porsi yang lebih besar dari dukungan masyarakat umum dan pemerintah. Sedangkan yayasan swasta biasanya dikendalikan oleh sekelompok kecil orang, dan mendapatkan sebagian besar dukungan dari sejumlah kecil donor dan uang investasi. Karena yayasan swasta kurang terikat pada publik, biasanya yayasan tersebut lebih cenderung untuk lebih mendukung agenda tertentu sesuai dengan tujuan dari yayasan itu sendiri.
Perlu diwaspadai juga, ada banyak sekali organisasi amal yang suka melakukan kecurangan pada pengelolaan dana yang biasa diterima oleh organisasi tersebut. Jadi, jika ada mendengar berita bencana yang terjadi di luar negeri dan ingin mengirimkan bantuan uang ke negara tersebut, selalu teliti terlebih dahulu pada organisasi mana bantuan yang anda kirimkan tersebut akan diberikan. Pastikan bahwa organisasi yang diberikan bantuan tersebut akan menggunakan uang yang diberikan untuk benar-benar melakukan sesuatu yang baik terhadap dana yang dikumpulkan tersebut.
Memang ada banyak contoh dari sebuah organisasi yang menggunakan bantuan luar negeri secara tidak efektif, serta daftar berbagai badan amal yang buruk dalam pengelolaan dananya. Tapi cobalah untuk tidak membiarkan hal tersebut membuat Anda terlalu sinis dalam membantu, baik sebagai pembayar pajak maupun sebagai dermawan, karena selain hal negatif tersebut, ada pula program dan organisasi lain yang berbuat baik dan terpercaya dalam melaksanakan setiap program bantuan yang dikelolanya.
Karena akan selalu ada yang terbuka bagi seseorang yang benar-benar ingin membantu orang lain yang membutuhkan bantuan di seluruh dunia.
Seseorang mungkin pernah mendengar beberapa nama organisasi berikut, seperti: UNICEF, Palang Merah, Bulan Sabit Merah, Program Pangan Dunia, Doctors Without Borders, Oxfam, dan lain sebagainya.
Organisasi-organisasi ini adalah organisasi yang mengumpulkan uang dari individu, perusahaan, dan pemerintah, yang kemudian memberikannya dalam bentuk bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana di seluruh dunia atau ke beberapa negara yang membutuhkan. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Urban Institute, di negara Amerika, terdapat 5.600 organisasi nirlaba yang bekerja secara internasional untuk mengumpulkan bantuan uang. Terdengar sangat banyak, namun jumlah yang dikumpulkan dari semua organisasi tersebut hanya menghasilkan sekitar 2% dari total keseluruhan yang dikumpulkan oleh semua organisasi nirlaba di yang ada di negera Amerika Serikat.
Catatan: ada perbedaan antara badan amal publik dan yayasan swasta.
Badan amal publik mendapatkan porsi yang lebih besar dari dukungan masyarakat umum dan pemerintah. Sedangkan yayasan swasta biasanya dikendalikan oleh sekelompok kecil orang, dan mendapatkan sebagian besar dukungan dari sejumlah kecil donor dan uang investasi. Karena yayasan swasta kurang terikat pada publik, biasanya yayasan tersebut lebih cenderung untuk lebih mendukung agenda tertentu sesuai dengan tujuan dari yayasan itu sendiri.
Perlu diwaspadai juga, ada banyak sekali organisasi amal yang suka melakukan kecurangan pada pengelolaan dana yang biasa diterima oleh organisasi tersebut. Jadi, jika ada mendengar berita bencana yang terjadi di luar negeri dan ingin mengirimkan bantuan uang ke negara tersebut, selalu teliti terlebih dahulu pada organisasi mana bantuan yang anda kirimkan tersebut akan diberikan. Pastikan bahwa organisasi yang diberikan bantuan tersebut akan menggunakan uang yang diberikan untuk benar-benar melakukan sesuatu yang baik terhadap dana yang dikumpulkan tersebut.
Memang ada banyak contoh dari sebuah organisasi yang menggunakan bantuan luar negeri secara tidak efektif, serta daftar berbagai badan amal yang buruk dalam pengelolaan dananya. Tapi cobalah untuk tidak membiarkan hal tersebut membuat Anda terlalu sinis dalam membantu, baik sebagai pembayar pajak maupun sebagai dermawan, karena selain hal negatif tersebut, ada pula program dan organisasi lain yang berbuat baik dan terpercaya dalam melaksanakan setiap program bantuan yang dikelolanya.
Karena akan selalu ada yang terbuka bagi seseorang yang benar-benar ingin membantu orang lain yang membutuhkan bantuan di seluruh dunia.
Referensi Tambahan:
- Keunggulan Bitcoin dan Penjelasannya
- Pertimbangan Memilih Wallet Bitcoin dan Penjelasannya
- Cara Menambang Bitcoin dan Penjelasannya
- Tahap Transaksi Send dan Receive Bitcoin
- Pertimbangan Sebelum Membeli Bitcoin dan Penjelasannya
- Alasan Investasi Saham Ketika Pensiun dan Penjelasannya
- Cara Menghasilkan Uang Menggunakan Blog untuk Pemula
Artikel ini didedikasikan kepada: Seofudin, Septa Ami Maulana, Seva Arga Rafli Idris, Shofi Ayu Iftianisa, dan Siti Chotijah.
5 komentar untuk "Bantuan Luar Negeri dan Penjelasannya"
Hubungi admin melalui Wa : +62-896-2414-6106
Respon komentar 7 x 24 jam, mohon bersabar jika komentar tidak langsung dipublikasi atau mendapatkan balasan secara langsung.
Bantu admin meningkatkan kualitas blog dengan melaporkan berbagai permasalahan seperti typo, link bermasalah, dan lain sebagainya melalui kolom komentar.
- Ikatlah Ilmu dengan Memostingkannya -
- Big things start from small things -
Darpada sibuk bantu masyarakat luar, mending bantu masyarakat sendiri aja dulu.
BalasHapusManfaat lain dari bantuan luar negeri, adalah meningkatkan popularitas negara pendonor dimata negara-negara asing yang telah diberikan bantuan.
BalasHapusDengan adanya bantuan luar negeri, hal tersebut dapat digunakan untuk meredakan konflik yang biasanya terjadi dinegara-negara yang sedang mengalami kesulitan, yang bisa saja dapat merembet kenegara yang biasa memberikan bantuan.
BalasHapusAda yang mengatakan bahwa para tenaga kerja yang berasa dari negara asing adalah seorang pahlawan devisa, tapi di Indonesia masih ada saja kasus dimana para pekerja asing mendapatkan perlakuan yang tidak baik bahkan tindak kekerasan ditempat mereka bekerja.
BalasHapusKlo saya lebih suka menyalurkan bantuan lewat lembaga syariah saja, berasa lebih bersih aja gitu, hahaha.
BalasHapus